Sweet Chessy from Holland Part 4 ‘Kita Teman Nggak Yah???’
![]() |
Me and my friends, but i think they is my colleague (f/P). |
Sebelum kita masuk
ke pembahasan, rada nyeleneh ini (tapi, idealis banget yah, pake bahas filosofis temenan). Mau tanya dong
siapa yang kuota (lu kira paket Ka) pertemanan di fb nya udah sampe 5000. Dan
akhirnya kepaksa bikin akun baru dengan embel embel I, II, III. Atau siapa yang
follower di ig, sama twitternya lebih dari 1k. Dan setiap posting status like
nya lebih dari 300-san. Keren amat deh kalian pade. Teman dumaynya udah lebih
dari satu dusun tuh :D tapi beneran teman nggak??? Atau kenal nggak sih sama
tuh orang?
Namanya juga teman dumay bro. Mana
kita kenal semuanya. Nah loh, bukannya teman itu harus saling kenal yah. Kalau
nggak kenal kenapa saling temenan toh?
“
Yah kan kita nanti bisa kenalan abis itu, itung-itung nyambung silahturrahmi”
hehehhehe
Yo wes, kalo yang ini mah aku setuju
aja deh. Kalau udah nyambung tali
silahturrahmi jadi alasan. Siapa yang nggak keder kalo udah disangkutin sama
silahturrahmi sih. Dan, penulis buku Chessy Notes from
Holland (tapi kenapa
judul lu malah pake Sweet??? Entar
dijawab dibagian bawah kali yah), Yuhendra memulai dengan tulisan sebagai
berikut:
“Sebelum
manusia saling bertemu dan kenal, mereka tidak mempunyai dosa satu sama lain.
Tetapi setelah dipertemukan, manusia justru saling menyakiti hingga jadi
berdosa. Saya percaya, Tuhan mempertemukan kita tentunya untuk tujuan mulia,
itu yang dinamakan silahturrahmi.” (Asep, 2008) dalam buku halaman 142.
We’ve Never Been A Friend
Pernah minta tolong sama orang
dijalan untuk ngambilin foto kita nggak?Atau orang yang minta tolong ke kita untuk ngambilin foto
dia. Aku pernah. Kalian juga pernah kan yah? Zaman ketika aplikasi kamera lebih
sering dibuka dari pada buku novel, ini mah udah biasa. Yah kan??? Jadi
ceritanya pas penulis buku, Yuhendra (bukan daku yah....) ikut tur belajar yang diadakan oleh ESN Utrecht, ia
sempat kenalan dengan seorang pelancong yang juga lagi jalan-jalan. Dear
namanya Tomas. Si Tomas minta tolong ambilin foto dengan latar
belakang seni komporer yang sangat unik disebuah museum. Tapi, ngambil fotonya
pakai kamera Yuhendra, Jadilah setelah
foto, mereka tukeran alamat e-mail untuk saling kontak, so pasti gunanya untuk
ngirim hasil jempretan. Mereka udah temanan belum menurut reader???
Kalau menurutt saya udah deh. Kan
mereka udah kenalan, walaupun kenalan karena lagi butuh pertolongan. Mereka
juga udah tukeran contact tuh. Jadilah
keesokaan harinya Yuhendra mendapat
e-mail dari Thomas untuk meminta foto dan ucapan terimahkasih. Foto selesai
dikirm, mereka tidak pernah bertemu lagi setelah dua tahun.
Pas dua tahun berikutnya ketika
Yuhendra berada di Belanda, notifikasi facebooknya memberitahukan ada
permintaan pertemanan dari orang asing yang tidak ia kenal. Ternyata orang
tersebut adalah Tomas. Yes, Tomas yang dulunya minta ambilin foto itu. Dan
seperti pertemanan versi orang Indonesia lainnya, jadilah saling like, comment
dan obrolan ringan di inbox. Tapi beberapa waktu setelah itu baru deh Yuhendra
nyadar kalau Tomas udah nggak ada lagi dalam list pertemanannya. Hayooo,...
kenapa coba. Sih Tomas ngambek kali yah.
Usut punya usut ternyata (setelah
Yuhendra menghubungi via inbox), Tomas jawab gini:
“We’ve
never been a friend”
jelasya tanpa perasaan menutup pesan yang dikirim lewat inbox (halaman 143)
Friend, Colleague, and Acquaitance
Jadi sebenarnya Tomas sama Yuhendra
temenan nggak sih? Kalau si Yuhendra anggap ia (sebagaimana anggapan orang
Indonesia lainnya) tapi kalo Si Tomas nggak. Kenapa???
Dalam presepsi orang sana, ternyata
pertemananan adalah hal yang sangat pribadi dengan mereka. Teman adalah orang
yang mengetahui bagaimana mereka dan mereka mengetahui bagaimana orang
tersebut. Teman adalah tempat berbagi baik emosional atau lainnya. Istilahnya
mereka terikat secara emosionallah. Untuk istilah lain mereka menggunakan
Colleague (kolega), bisa jadi mereka yang bertemu karena satu profesi, mereka
yang sering berinteraksi sehari-hari seperti ditempat kerja. Ini masuk defenisi
kolega menurut mereka. Dan adalagi yang hanya masuk istilah Acquaitance (kenalan), yang Yuhendra
bisa jadi hanya masuk kategori kenalan. Tapi ada juga yang mereka sehari hari
bertemu dalam kehidupan dunia kerja atau kampus tapi hanya diberi status
sebagai kenalan. So, jangan geer dulu kalau kita ngerasa sudah jadi teman
ternyata kita hanya kolega atau kenalan dari mereka.
Hati-Hati memilih Teman
Ada yang bilang kalau berteman itu
dengan siapa saja. Mungkin intinya kita harus terbuka pada orang lain kali yah.
Tidak memandang orang dari status. Kalau ini mah aku setuju. Tapi kalo semua
orang jadi teman, mau dia baik, buruk atau memberi dampak yang jelek, mana
bisa!!!
Opick aja bilang gini, 'Berkumpullah
dengan orang-orang sholeh. Kalau ngumpul sama bandit nanti jadilah bandit kamu,
kalo ngumpul sama ustad jadi ustadlah kamu. Artinya ada faktor lingkungan
yang memperngaruhi. Jadi istilah semua orang bisa jadi teman itu nggak ada yah.
Dan, kalau nggak hati-hati milih
teman bisa jadi teman yang selama ini ternyata lawan, mereka menggunting dalam
lipatan, bisa jadi cuma susahnya aja sama kita pas senangnya sama yang lain,
bisa jadi teman yang berakhir lawan. Wajar kalau di Indonesia ada istilah pagar
makan tanaman. Maka ada baiknya memaknai bagaimana pertemanan itu sebenarnya,
bukan berarti kita membatasi dan melabeli orang lain berdasarkan statusnya bagi kita. Tapi dari pada digunting dalam lipatan dan berdampak buruk bagi
kita, bukankah lebih baik mendekat pada orang-orang yang memberikan kebaikan
bagi kita.
End: Feb 16th
Notes: Kenapa pake Sweet, mungkin karena saya menganggap ini kenangan manis, pernah disempatkan oleh Tuhan untuk baca buku manis ini :D Just it!
Komentar
Posting Komentar