Kol, Ulat Bulu, dan Ayahku

Pinterest.com


Gergaji ompong-ompong tajam. Selanya yang melukai. Memisah saudara sekayu, sepohon dan sedahan. Jika daun sebesar batang kayu mahoni, maka layaklah ia berada ditepian moncong ompong tajamnya. Lalu udara horison tanah yang sama akan jadi angin gurun yang bedebah.

Sebedah ulat bulu yang lahir dari kol sayur ibuku. Hitam, lejit, dengan bulu-bulu rontok diselimuti badannya. Bulu kumal, hasil bertapa seumur telur hingga menjelang dewasa untuk puasa kupu-kupu.

Ia ibu temukan saat mengupas kol untuk sayur berbuka puasa.  Hari sudah jam 06.00 sore. Ibuku tekejar untuk membuat sayur. Kalau tidak, ayah tidak akan berniat bermuka manis di meja makan. Ayah sangat basah, baik badan, ruhanih tak luput makanan. Harus ada sayur di piringnya. Dan bulan spesial segala kebasahan ayah bertambah, kecuali basah tubuh. Karena ayah tidak tahan dengan dehidrasi bulan puasa.

Ulat bulu memperkeruh keadaan dapur becek kami. Bagaimana menyiasati ayah untuk tetap merasa basah walau tanpa sayur ibu. Membeli pun tak terpikir, karena ayah tahu ibu dirumah dan seharusnya memasak sayur. Oh, ibu, ulat bulu. Bagaimana ini?

Menghadapi ayah untuk dimeja makan lebih buruk dari menyentuh ulat bulu. Jika gatal ulat bulu hanya bertahan dua hari. Bulu-bulu kumalnya hanya menyentuh dan menimbulkan benjolan pada kulit yang terkena. Berbeda sekali dengan ayah.

Ayah. Gatal mulutnya menusuk hati. Memburuk hingga berminggu-minggu. Dan rumah akan kering dari kata-kata bahagia. Seperti gasing yang tetap memutar tapi sepi. Kagok, kawan-lawanku jika berkunjung pada kondisi kritis tersebut. Jika suara ayah merdunya, seperti lagu pesta ulang tahun. Maka, makam kuburan pun lebih sepi dari rumahku.

Lalu bagaimana mengkhianati ayah, agar kol tetap jadi. Sayur bening saja mungkin. Bening. Benar-benar dengan hanya racikan beningnya air. Air yang dimasak dalam kuali tidak berkarat ibuku. Dicampur dengan sedikit bumbu, penyedap buatan dengan bungkus merah dan logo ayam jago. Mungkin semangkuk sayur bening ini cukup untuk memogokkan ayah untuk berkerut muka dalam seminggu.

Tapi aku lupa, kalau ulat bulu bisa kubuang dari sekelopok kol tersebut. Hah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemuda Memberi Tanpa Balas Kasih #PemudaMendesa Yulia Eka Sari for Anti Corrupttion Youth Camp 2017

Memanah Bintang

Kembali ke Desa untuk Mengentas Kemiskinan