Kado Terindah
Jika malam berrahasia, ia titipkan pada bintang-bintang.
Jika siang ingin berkata, matahari uapkan sedikit demi sedikit.
Maka, salam rindu tiada salah untuk diutarakan.
Bukan pada punguk yang merindu purnama.
Adalah pada pemilik Arsy.
.
Pada Maha Pengasih lagi Penyayang.
Titip salam terindah untuk makhluk lemah yang kau cipta, Ibu dan Ayah.
Dua manusia, yang pada takdirnya memilih untuk menjadi sempurna.
Turut memberi yang terbaik, meski tidak tergenggam.
Padaku, gadis nakal yang selalu merajuk.
Si kecil yang selalu meminta genggaman lebih besar.
.
Aku rindu.
Ingin bersua.
.
Tapi ku tahu, ajal selalu bisa untuk memisah.
Perkara mana yang lebih dahulu.
Bulan pasti berahasia, dan matahari hanya garang.
Tak sedikit pun membisik apa yang direncanakan Tuhan.
.
Selaiknya rindu.
Ada bahagia yang ingin kuberikan.
Ada bahagia yang ingin kutuaikan.
Maka menjadi salam pembuka dan penutup rindu hanya satu hal.
Menjadi anak yang lebih baik.
.
Karena jarak pun memisah.
.
Diantara membungkus kado.
Aku kebingungan akan hadiah terbaik yang ingin dikirimkan.
Penghujung malam sudah makin mendesak.
Siapa yang tahu tidak akan bertemu pagi.
.
Alangkah laiknya aku segera melangkah.
Tenggok kebelakang tak usah.
Jahiliah dulu itu sebuah dosa, jahiliah sekarang lebih buruk dari dosa.
.
Kuputuskan untuk simpulkan pita pada kado terbaik.
"Menjadikan Ibu dan Ayah memakai pakaian kemuliaan di Surga-Nya"
Hanya itu yang putri mu bisa beri.
Karena ia papa harta.
Tidak sempurna dalam pikiran.
.
Dalam sebuah hadits disebutkan, “Siapa yang membaca Alquran, mempelajarinya dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari, kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah didapatkan di dunia, keduanya bertanya: mengapa kami dipakaikan jubah ini? Dijawab “Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Alquran”. (HR. Al Hakim).
.
Padang, 12 Maret 2017
Komentar
Posting Komentar