Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Inti Gagal Adalah Bangkit

Gambar
(google.com) Dalam setiap rancangan, selalu ada dua kemungkinan. Berhasil atau gagal. Diterima atau ditolak. Disimpan atau dibuang. Dilaksanakan atau diabaikan. Dipuji atau dicemeeh. Dilanjutkan atau ditunda. Selalu begitu. Karena ia berada dalam dua takdir berbeda pula. Takdir yang nanti akan bisa kau tarik garis kemana akhir kehidupan. Jika demikian tentunya kita ingin jauh-jauh dari kata gagal, agar ada garis baik yang menuntun kita pada takdir baik. Tapi tidak semuanya demikian teman, yang terpenting adalah mengambil hikmah dari semua hal yang terjadi dan tetap percaya pada dirimu. Karena katanya, perihal garis itu sudah termaktub dalam Lauh Mahfuz.             Tapi sayangnya untuk mengambil hikmah dari sebuah kegagalan tidaklah mudah Ini tergantung pada kedewasaan emosionalmu. Sehingga tidak ada kekecewaan yang membawamu larut terlalu dalam. Dan larut terlalu dalam hanya akan membawamu pada kemunduran diri sendiri. Dala...

to Workshop Meliput Isu Keragaman

Gambar
google.com  Tak Ada Sentimen, Kami Belajar dari Kebiasaan Oleh: Yulia Eka Sari SKK Ganto UNP “Bagiku agamaku, bagimu agamamu,”… “Kelenteng ini juga milik umat muslim,”... Tak ada atap runcing atau gonjong gaya atap   Minang sejauh mata memandang, mereka digantikan oleh deretan bangunan tua Tionghoa yang umumnya didominasi cat berwarna merah serta perpaduan warna kuning. Lainnya berdiri toko-toko milik orang Tionghoa, lengkap dengan lampion merahnya yang mengantung, satu atau dua. Beberapa dari mereka menyapa, hingga wajah dengan mata sipit dan kulit putih itu terlihat akrab. Tak hanya mereka, beberapa laki-laki yang berdiri di parkiran dengan gurat wajah keturunan India pun menyapa ramah. Tak selang jauh dari toko Tionghoa, dengan label aksara Arab “Assalamualaikum” beberapa toko makanan khas Arab mulai dibuka pada siang itu, Kamis (5/5) di Kelurahan Kampung Pondok, Padang Barat, Sumatra Barat. Kelurahan Kampung Pondok sendiri ditempati oleh tiga etnis, ...

Wajah ke-3 Tuhan

Gambar
google.com Bagiku tak perlu ada rasa takut untuk mengenal siapa kamu? Siapa mereka? Dan siapa aku? Karena setiap jawaban akan membawaku untuk jatuh cinta pada-Nya. Bukankah sebuah kebahagiaan, ketika kita bisa melihat wajah Tuhan dengan lebih dekat. Dan kemarin aku melihatnya, Kamis (20/8/15). Mungkin bagiku itu adalah wajah Tuhan, yang begitu abstrak bagi yang lainnya, namun aku pun tahu, setiap orang pernah dan akan melihat wajah Tuhan padanya. Karena dia yang lebih mencintai-Nya, lebih dari aku. Lebih dari orang lain. Lalu kenapa aku harus takut untuk memiliki rasa iri padanya, atau rasa cemburu padanya. Karena memang nyatanya, dia lebih mencintai-Nya. Tak sepertiku… Terlalu sering jatuh pada batu yang sama. Terlalu sering untuk mencoba berubah, namun tetap kembali pada awal yang ku kutuki. Sesaat aku tahu jawabannya… Karena kamu kurang bersyukur. Karena kamu tak merasa dekat dengannya. Karena kamu ikuti-Nya, hanya karena takut pada apa yang diluar kuasamu. Karena kamu i...

Ia Penjaga Garis Kenyamanan

Gambar
google.com ”Demokrasi berarti pemerintahan dengan perdebatan. Sistem ini bisa efektif jika Anda mampu menghentikan orang-orang berbicara.” Clement Attlee (1803–1857), Perdana Menteri Inggris” Secara kodratnya manusia membutuhkan orang lain, oleh karena itu disebut sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial hidup dalam satu rumpun dengan segala perbedaan. Perbedaan diantaranya melahirkan permasalahan, meski tak selamanya terjadi. Permasalahan butuh untuk diselesaikan demi kenyamanan bersama. Maka baiknya, ada kesepakatan akan suatu garis kenyamanan, dibentuklah aturan. Aturan yang ditetapkan sebagai penjaga garis kenyamanan berada ditengah makhluk sosial yang sejatinya selalu menghadapi mobilitas sosial. Mereka selalu berubah karena kodratnya makhluk hidup pun selalu tumbuh dan berkembang, tiada salah. Hingga aturan tersebut pun terkadang hilang sendirinya, ataupun tumbuh tenggelam dalam perkembangan sang pembentuk garis kenyamanan, manusia. Ketika aturan hila...

Jika “Tuyul” Liput Bencana (?)

Gambar
google.com Setiap genre jurnalisme memiliki keunggulan tersendiri, salah satunya jurnalisme TV. Televisi hadir dengan keunggulan audio dan visual dalam mewartakan   berita kepada penonton. Sehingga makna dari suatu informasi pun akan lebih mudah dipahami, karena mereka disuguhkan dengan   rekaman gambar nyata suatu keadaan. Pun tak mungkin, jurnalisme TV termasuk informasi instan sekaligus menarik minat penonton. Namun, sebenarnya tidaklah mudah mengolah suatu data lapangan dan rekaman gambar menjadi suatu berita. Salah satunya dalam berita bencana. Meliput kejadian bencana dalam jurnalisme TV, berarti mendapatkan data lapangan yang lengkap, rekaman gambar yang memadai untuk mengambarkan bencana tersebut dan tentunya dengan tidak menghiraukan kode etik jurnalistik. Tidak hanya nilai dari suatu berita yang dipentingkan dalam jurnalistik ini. Tidak hanya kebutuhan untuk memberikan informasi yang harus disegerahkan. Pun, tidak pula keselamatan diri wartawan yang harus d...