Sepatu

Pinterest.com Cahaya rembulan mengintip kedalam rumah. Bayangannya mengenaiku, sepasang sepatu yang kau letakkan didekat jendela rumah. Sepatu yang biasa bertegur sapa dengan perjalanan panjangmu, menapak mimpi-mimpimu. Melihat bagaimana ketika kau lelah, bersandar pada bangku sebagai tempat pemberhentianmu. Kadang kulihat wajahmu nanar manatapku. Mungkin kau sadar bahwa aku masih setia bersamamu. Setelah melihatku, mulutmu melengkungkan senyum dan kau beranjak untuk berjalan lebih cepat. Sepasang sepatu milik nomor sekian terbawah dari nomor satu. Aku ada bersamamu. Melihat wajahmu memerah malu karena nilai matematika yang merah. Membawamu pulang kerumah meski tak kuasa melihat wajah ayah yang basah dengan keringat sehabis pulang dari ladang. Apa yang akan dikata. Aku sepatu yang harus setia. Setia pada apa yang baik bagimu. Pun, jika itu teramat berat harus kau tegarkan jua hatimu. “Ayah, maaf.” Aku mendengarmu sesegukan. Sesekali air matamu menetes kewajahku. Kau belum...