Potensi Wisata Edukasi Sumedang: Insun Medal Insun Madangan
![]() |
akurat.co |
Kurang lebih 202,5 km dari tempat ku berdiri
ke Sumedang, Jawa Barat. Tempat tahu terkenal itu berasal, jadi ingin makan
tahu dan liburan rasanya. Sayang hari ini Kamis, belum saatnya untuk liburan
dan menurut google maps butuh 3
jam 33 menit untuk kesana. Jika dilihat keluar, cuaca Jakarta
sekarang 27 C tepat sama dengan cuaca di Sumedang yang kulihat di google maps sekarang juga 27 C. Cuaca yang tidak
begitu panas untuk jalan-jalan dan merupakan saat yang tepat untuk nyemil tahu
pastinya. Pikiranku pun mengembara, dari enaknya makan tahu, beranekaragam
tempat wisata, juga sedikit penasaran bagaimana sih sebenarnya proses pembuatan
tahu yang terkenal itu?
Ternyata,
rasa penasaranku akan kudapan dengan bahan dasar kedelai ini bisa terjawab
jika aku pergi mengunjungi Restoran
Tahu Bung Keng yang
biasanya
menjadi tujuan para pelancong untuk wisata kuliner. Disana, pengunjung
diperbolehkan berkunjung ke dapur atau tempat produksi tahu yang biasanya
berada dibelakang restoran. Disini kita bisa melihat proses penyaringan,
pengadonan, cetak, dan didiamkan beberapa waktu, sampai akhirnya tahu siap digoreng dan disajikan. Bisa menambah ilmu nih.
Apalagi, selain bertambahnya
ilmu karena bisa melihat proses pembuatannya, ada lagi sejarah dari tahu
sumedang yang cukup menarik untuk disimak. Menurut sejarahnya, Tahu Sumedang
mulai dikenal sejak tahun 1920-an, saat saudagar Cina, Ong Bung Keng mulai
berjualan tahu yang merupakan resep To Fu warisan dari ayahnya yang bernama Ong
Kino. Singkat cerita, sejak itu Tahu Sumedang dijadikan jajajan kuliner Jawa
Barat, dan dijual dibanyak penjuru nusantara. Hingga bisa kita jumpai dengan
mudah sekarang.
Mengetahui
cerita dan proses pembuatan Tahu Sumedang cukup menarik bagi saya, mungkin juga
bagi pengunjung-pengunjung yang lain. Selain mengecap rasanya, juga membawa
sekantong oleh-oleh tahu Sumedang usai liburan untuk oleh-oleh, ada oleh-oleh
lainnya yang tak kalah menarik dan tentunya bermanfaat, yaitu pengetahuan. Dan
ini mungkin bisa dikembangkankan sebagai ekonomi kreatif di Sumedang.
Apa Itu Ekonomi Kreatif?
![]() |
pesona.travel |
Sebelum,
kita bahas kenapa kemungkinan pengetahuan bisa jadi potensi ekonomi kreatif.
Kita perlu tahu dulu, apa sih itu ekonomi
kreatif?
Ekonomi
kreatif pertama kali diperkenalkan oleh John Howkins
dalam bukunya The Creative Economy: How
People Make Money from Ideas. John Howkinds mendefinisikan ekonomi kreatif
sebagai the
creation of value as a result of idea. Artinya, dalam ekonomi
kreatif, sebagian besar kegiatan ekonomi dalam masyarakat digunakan untuk
menghasilkan ide, tidak hanya melakukan kegiatan ekonomi rutin.
Di Indonesia sendiri, ekonomi kreatif dimulai
pada masa pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang
menginginkan peningkatan industri kerajinan dan kreativitas bangsa. Dan pada 2009 terbit Instruksi Presiden Nomor
6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif disusul oleh Peraturan
Presiden Nomor 92 tahun 2011 yang lalu menjadi dasar hukum terbentuknya
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Lalu
bagaimana hasil dari ekonomi kreatif hingga sejauh ini?
Di tahun 2012, ekonomi kreatif menempati
posisi ke-7 dari 10 sektor ekonomi nasional dengan kontribusi Product Domestic Bruto (PDB)
sebesar 6,9 % atau setara dengan Rp573,89 triliun. Tidak hanya berpengaruh pada
PDB, ekonomi kreatif juga mampu menyerap 11.799.568 tenaga kerja atau 10,65% dengan
posisi ke-4 dari 10 sektor ekonomi.
Dilansir dari kontan.co.id,
Triawan Munaf, Kepala Bekraf menyebut perkembangan industri kreatif tidak hanya
dinamis tetapi juga sangat cepat. Ia menyebut, dengan potensi yang ada ke depan
sumbangsih industri kreatif bakal semakin besar terhadap PDB.
"Di akhir 2018 menurut data BPPT yang diekstrapolasi BPS
sumbangan ekonomi kreatif Indonesia itu Rp 1.105 triliun dan diramalkan akhir
tahun ini bisa Rp 1.200 triliun," ujarnya di Jakarta, Jumat (27/9/2019).
Munaf
mengatakan, melihat fakta dan data setidaknya ada tiga sektor dalam industri
kreatif yang terus menunjukkan kemajuan. Ketiga sektor ini telah berkontribusi
pada perekonomian Indonesia secara kolektif. "Yang sudah jelas-jelas besar
dan begitu kita fasilitasi sedikit saja bisa lebih besar lagi adalah fashion,
kuliner dan craft kriya," kata Triawan ditemui di Jakarta Pusat, Jumat
(27/9/2019).
Badan ekonomi kreatif sendiri mempunyai visi
membangun Indonesia menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia dalam ekonomi
kreatif pada 2030 nanti.
Lalu
bagaimana dengan Sumedang?
Kabupaten Sumedang secara geografis hanya berjarak 45 km
dari Kota Bandung. Terdiri atas 26 kecamatan, 7 kelurahan dan 270 desa dengan sebagian besar wilayah Sumedang adalah pegunungan, kecuali
di sebagian kecil wilayah Utara berupa dataran rendah. Gunung Tampomas (1.684 mdpl), merupakan dataran tertinggi di kabupaten ini yang berada di
utara Sumedang.
Selain
karena jarak yang begitu dekat dengan ibukota
Jawa Barat, Sumedang yang dilimpahi dengan kekayaan alam memiliki potensi
wisata tersendiri. Jika kita search di
internet, ada kampong Toga, Curug Cinulang, Museum Prabu Geusan Ulun, Wisata
Air Gajah Depa, Taman Hutan Raya (tahura) Gunung Kunci, Taman Endog, Bumi
Perkemahan Kaira Payung, Menara Loji
Jatinagor, Puncak Damar, Curug Buhud, Masjid Agung Sumedang, Wisata Ciburial,
Batu Agung, Perkebunan The Marga windu, Parahlayang di Batu Dua Gunung Lingga,
Wisata Air Panas Cipulus Watuk Jatigede
dan banyak lainnya.
Dengan
kekayaan alamnya tersebut, Sumedang punya potensi untuk mengembangkan
pariwisata sebagai pendapatan bagi warganya. Khususnya Sumedang mempunyai
potensi untuk mengembangkan ekonomi kreatif. Lalu apa ekonomi kreatif yang harus dikembangkan?
Wisata Edukasi sebagai Andalan Ekonomi
Kreatif Sumedang
![]() |
maxtravel.org |
22 April 1578 lalu, berdasarkan Keputusan Nomor 1/Kprs/DPRD/Smd/1973, Tanggal 8 Oktober 1973,
adalah hari kelahiran Kabupaten Sumedang.
Dalam sejarahnya, dahulu Sumedang adalah sebuah kerajaan
dengan nama, Sumedang Larang, cikal bakal dari kerajaan Sumedang Larang ini
sendiri berasal dari kerajaan Tembong Agung. Dahulu kala, ketika Batara Kusuma
sedang bertapa, terjadi
suatu keajaiban alam di kaki Gunung Cakrabuana. Langit menjadi terang benderang cahaya yang melengkung mirip
selendang (malela) selama tiga hari tiga malam sehingga Batara Kusuma berucap “
In(g)sun Medal In(g)sun Madangan” (In(g)sun artinya “saya”, Medal artinya lahir
dan Madanganartinya memberi penerangan) maksudnya “Aku lahir untuk memberikan
penerangan”
Dari kata
yang dituturkan Batara Kusuma itulah terangkai kata Sumedang Larang, yang
memiliki arti, “tanah luas yang jarang bandingnya” (Su= bagus, Medang = luas dan
Larang = jarang bandingannya). Yang mengandung arti aku lahir untuk menerangi.
Kata menerangi ini jika kita tafsirkan, memiliki
arti pendidikan, menerangi dalam
menyejahterahkan masyarakat, menjadi manusia yang memberi kebaikan dan memberi
manfaat bagi manusia lainnya. Masyarakat Sumedang diharapkan menjadi pemberi
solusi dan menerangi masyarakat disekitarnya.
Sesuai
dengan namanya, potensi ekonomi kreatif
Sumedang, seharusnya hadir untuk memberikan penerangan, pengetahuan dan
kebermanfaatan bagi massyarakatnya. Yakni melalui wisata edukasi.
Apa itu wisata edukasi?
Wisata
edukasi adalah konsep wisata atau liburan yang tidak hanya memberikan hiburan
tapii juga pengetahuan bagi pengunjungnya. Di tempat wisata edukasi, pengunjung
yang kemungkinan besar jika pergi ketempat wisata lainnya, hanya akan mendapat
hiburan, berwisata kuliner. Di wisata edukasi pengunjung bisa menambah
pengetahuan terkait tempat wisata tersebut, baik terkait pengetahuan kuliner,
alam dan lainnya. Menariknya di Sumedang, wisata edukasi bisa berkembang
beragam, sebagai berikut:
Wisata Edukasi Industri/Kuliner
Salah
satu tujuan wisata seseorang, selain menikmati alam dan menghibur diri dengan
berbagai wahana permainan adalah kulinernya. Tempat wisata yang mampu
menyajikan kuliner yang baik akan menjadi nilai plus dan poin untuk berkunjung
ketempat wisata itu lagi.
Semisal
ketika kita memutuskan untuk pergi wisata dihari libur, ada banyak opsi tempat
wisata yang bisa kita kunjungi. Tapi, hanya segelintir kuliner khas yang enak
dan lezat yang bisa kita cicipi. Tidak semua tempat wisata benar-benar
menyadari pentingya kuliner ditempat wisata. Dari beberapa tempat wisata yang
saya kunjungi, kebanyakan pedagang makanan, menyajikan makanan instan yang juga
bisa ditemui ditempat lainnya.
Sebenaranya
tidak ada yang salah dengan makanan instan, tapi saya akan berpikir dua kali
jika akan kesana. Kecuali jika ada makanan khas di tempat wisata tersebut. Bisa
jadi tujuan utama saya berwisata adalah untuk menyicipi lagi makanan khasnya.
Pada intinya, tidak hanya tempat wisata, bahkan kuliner, bisa menjadi alasan
utama seseorang untuk berkunjung ke suatu tempat wisata.
Dan
bersyukurnya, Sumedang sudah punya makanan khas yang menjadi ikon untuk menarik
wisatawan tersebut. Yaps, tahu sumedang. Tahu sumedang sudah menjadi ikon dari
sumedang sendiri, sehingga membuat pabrik tahu dan restoran tahu sumedang
sering dikunjungi wisatawan yang pergi ke sumedang. Uniknya dibeberapa tempat
wisatawan bisa melihat sendiri proses pengolahan tahunya hingga dihidangkan.
Melihat
proses tesebut tentunya memberi edukasi bagi pengunjung yang datang. Cocok
sekali dengan tagline dari kota Sumedang yangs selalu ingin menerangi. Dan hal
ini bisa dikembangkan menjadi wisata edukasi yang lebih besar lagi. Salah
satunya dengan melibatkan pengunjung dalam proses pengolahannya.
Artinya
pengunjung tidak hanya meilhat, tapi ada kegiatan-kegiatan khusus yang
benar-benar mengajak pengunjung untuk terlibat aktif. Mulai dari memilah
kedelai, sampai membuat tahu yang mungkin bisa dibentuk sesuai dengan
kekreatifan pengunjung.
Untuk
menwujudkan hal ini, tentu perlu ada pengetahuan dari pengola restoran atau
pabrik tahu juga pemerintah, untuk berkolaborasi, agar pengunjung bisa
merasakan tahu sumedang buatan mereka sendiri.
Wisata Edukasi Alam
Setelah
melihat bagaimana mengolah tahu dan berhasil menikmati sajian tahu sumedang
yang dibuat dengan tangan sendiri,
Sumedang juga menyunguhkan pemandangan indah bagi pengunjungnya. Ada
kampung Toga yang asri, Wisata Air Gajah Depa, Taman Hutan
Raya (tahura) Gunung Kunci, Puncak
Damar, Curug Buhud dan Perkebunan
The Marga Windu, yang merupakan
ikon wisata yang memberikan kesegaran bagi pengunjungnya.
Lalu bagaimana agar Sumedang bisa
menyelipkan pesan menyinarinya dalam wisata alam?
Di
Indonesia, beberapa waktu kebelakang, masyarakat sudah makin menyadari akan
pentingnya kita menjaga alam. Semisal dengan semakin banyaknya orang-orang yang
menyadari go green dan hidup yang ramah
lingkungan di kota besar. Sebut saja, banyak proklim yang hadir di Jakarta.
Proklim, atau kampung iklim ditengah kota besar, mengusung kesadaran akan
kepedulian pada lingkungan. Mereka menjadikan tempat tinggalnya yang dikota
sangat padat menjadi hijau. Akhirnya, kampung iklim pun dilirik oleh masyarakat
sekitar sebagai tujuan wisata.
Nah,
Sumedang yang sudah memiliki alam yang indah. Bisa menjadi pelopor wisata alam
dan kesadaran akan alam bagi pengunjungnya. Misalnya dengan menghadirkan
kegiatan-kegiatan yang mempraktekkan langsung bagaimana cara menjaga alam.
Mulai dari mengolah sampah menjadi komposter, menamam bibit tanaman, memetik
buah, dan kegiatan lainnya yang mengajak pengunjung untuk menyadari begitu
besarnya hadiah yang diberikan alam untuk kita hidup.
Dan
pulang dari wisata alam, pengunjung tidak hanya membawa kesegaran hati dan
pikiran karena telah menghirup udara sejuk. Tapi mereka juga menyadari, bahwa
dengan ikut kegiatan edukasi alam, semisal menanam pohon, mereka sudah berusaha
memberi hadiah kepada alam yang telah memberikan kekayaan tak terkiranya kepada
manusia.
Wisata Edukasi Sejarah
![]() |
karatonsumedanglarang.com |
Kadangkala
saya berpikir, bahwa kita sebagai masyarakat yang hidup pada masa kini, perlu
banyak berterimakasih pada alam yang indah dan sejuk, juga kepada masa lalu.
Karena dari masa lalu lah lahir tahu sumedang yang melegenda. Juga dari masa
lalu lah, Sumedang punya slogan yang sangat indah untuk selalu menerangi.
Untuk menelusuri jejak masa lalu Sumedang, kita bisa berkunjung ke Museum
Prabu Geusan Ulun juga Masjid Agung Sumedang. Di Museum pengunjung bisa diajak berkelana ke masa lalu dan mengenal
kejayaan dari Sumedang. Sehingga bisa menarik banyak arti dan pesan dari masa
lalu yang mungkin ada sebagian pelajaran untuk tidak kita ulang lagi, juga ada
pelajaran yang bisa kita ambil untuk menjalani kehidupan sekarang.
Namun, tugas beratnya, kebanyakan orang menganggap museum bukanlah tempat
wisata yang begitu menarik, karena kemonotanannya. Padahal banyak pelajaran dan
pesan menerangi yang bisa diambil dimuseum. Ini tentunya menjadi PR bersama
pemerintah dan masyarakat untuk menciptakan wisaat edukasi sejarah, bertualang
ke masa lalu yang menyenangkan. Semisal menarik pengunjung dengan berbagai
atraksi, pembuatan kerajinan/craf, pertunjukan theater/musikal dan lainnya yang
mengambil konsep modern dan digitilisasi. Ini mungkin akan menjadikan museum
sebagai tongkorngan anak milenial. Semoga!
Epilog
Cerita tentang
keinginan berkunjung ke Sumedang dengan wisatanya yang menarik, juga berharap
semoga banyaknya potensi ekonomi kreatif yang bisa dikembangkan, akan saya
tutup dengan kalimat sederhana.
Ekonomi kreatif mungkin bukan melulu
sebatas menciptakan atau menghasilkan produk kreatif atau jasa kreatif. Tapi lebih ke bagaimana
mencari solusi cerdik dan out of the box, mengedepankan kreatifitas sebagai
solusi dan memperhatikan
kearifan lokal dan edukassi yang bisa diberikan.
Salam! Insun
Medal Insun Madangan!
#writingthon
#writingthonjelajajahisumedang #sumedangsimpati
Referensi:
Komentar
Posting Komentar